Laman

Mengenal Prosesor Notebook Intel Core i3, i5, dan i7

0 komentar

By Dr. Acer
Saat ini notebook terbaru yang memakai prosesor Intel sudah mulai memakai keluarga Intel Core i. Ada yang dinamakan Core i3, Core i5, dan Core i7. Ketiganya adalah pengganti resmi dari jajaran prosesor Intel  Core2 (Core2 solo, Core2 Duo, Core2 Quad). Perbaikan apa saja yang ditawarkan dengan jajaran Core i ini? Kami akan coba jelaskan sesederhana mungkin mengenai jajaran baru prosesor notebook ini.

Nehalem
Semua prosesor Intel dengan nama Core i dibangun dengan dasar arsitektur yang diberi nama Nehalem. Secara sederhana, arsitektur baru ini menawarkan performa yang lebih tinggi dengan pengaturan konsumsi daya yang jauh lebih baik. Ada beberapa hal yang merupakan keunggulan dari arsitektur Nehalem secara umum, jika dibandingkan dengan arsitektur Core sebelumnya:
Penggabungan komponen
Pada Nehalem, ada beberapa komponen yang digabungkan menjadi satu di dalam prosesor. Hal yang paling penting adalah penggabungan pengendali memori (RAM) ke dalam prosesor. Sebelumnya, pengendali ini terletak di luar prosesor. Dengan dimasukkannya pengendali memori ke dalam prosesor, kecepatan aliran data antara prosesor dan memori menjadi lebih tinggi.
Pada prosesor Core i3 M,  Core i5 M, dan Core i7 M, Intel bahkan memasukkan VGA-nya ke dalam prosesor. Hal tersebut tentu saja membuat kemampuan VGA menjadi lebih baik dibandingkan VGA onboard terdahulu.
Efisiensi daya, maksimalisasi performa
Pada Core2 Duo (prosesor dengan 2 inti prosesor/2 core), jika kecepatan prosesor adalah 3 GHz, itu berarti kedua inti prosesor bekerja dengan kecepatan 3 GHz. Saat prosesor beristirahat, keduanya akan turun kecepatannya secara bersamaan juga.
Jadi, kalau ada software yang hanya bisa menggunakan 1 inti prosesor (contoh: Apple itunes), kedua inti prosesor akan bekerja pada kecepatan tertingginya (3 GHz). Satu inti prosesor bekerja mengolah data, sementara inti lainnya hanya ikut-ikutan menaikkan kecepatan tanpa mengolah data.
Pada Nehalem, kondisinya berbeda. Contohnya pada Core i3 (2 inti prosesor/2 core), kondisi di atas hanya akan membuat 1 inti prosesor bekerja dan menggunakan kecepatan maksimumnya. Sementara 1 inti prosesor yang tidak terpakai akan tetap beristirahat untuk menghemat energi.

Hyper-threading (HT)
Tahukah Anda bahwa sebuah inti prosesor tidak selalu “dipekerjakan” secara maksimal? Sebagai analogi, anggap sebuah prosesor dengan dua inti (dual core) adalah sebuah ruang dengan dua orang di dalamnya. Pada saat satu orang diminta memasak, kedua tangannya akan bekerja. Akan tetapi, orang ini sebenarnya masih bisa menerima telepon sembari memasak, bukan?
Hal yang sama terjadi pada inti prosesor. Ada bagian-bagian dari inti prosesor tersebut yang tidak terpakai saat sebuah perintah diberikan padanya. Penyebabnya adalah perintah tersebut mungkin memang tidak memanfaatkan bagian tertentu dari prosesor. Lalu, bagaimana caranya kita bisa memanfaatkan bagian yang tidak bekerja tersebut? Intel menamakan teknologi pemaksimalan kerja prosesor tersebut dengan nama Hyper-threading (HT).
Sebuah inti prosesor yang memiliki teknologi HT akan dikenal oleh Operating System (contoh: Windows7) sebagai 2 inti prosesor. Jadi, Operating System dapat memberikan 2 pekerjaan pada sebuah inti prosesor. Hal ini membuat prosesor berbasis Nehalem mampu bekerja lebih maksimal dibandingkan pendahulunya.

Turbo boost
Kemampuan ini adalah fitur unggulan dari sebagian besar prosesor dengan teknologi Nehalem. Ide dasarnya adalah HUGI (Hurry Up and Get Idle). Teorinya adalah jika sebuah pekerjaan diselesaikan lebih cepat, prosesor akan bisa beristirahat lebih cepat dan menghemat lebih banyak energi.
Pada umumnya, tiap prosesor memiliki batas maksimum konsumsi daya. Mari kita ambil contoh Core i5 (2 inti prosesor/core) yang kisaran batas konsumsi dayanya adalah sekitar 35 Watt. Jika VGA dan pengendali memori di dalam Core i5 memakan 10 W dan hanya 1 inti prosesor yang terpakai, konsumsinya hanya 22.5W, bukan? Lalu, bagaimana caranya prosesor dapat menyelesaikan pekerjaan dengan lebih cepat, sementara software tidak menggunakan inti ke-2 yang tersedia?
Sisa jatah konsumsi daya yang 12.5W dapat digunakan Core i5 untuk melakukan Turbo boost. Yang terjadi adalah (pada Core i5-430M, 2.2GHz), kecepatan 1 intinya bisa dinaikkan hingga 2.53 GHz. Hal ini dilakukan dengan memanfaatkan sisa jatah konsumsi daya dan memperhatikan temperature prosesor. Jadi, prosesor 35W ini tidak akan melampaui konsumsi dayanya, dan tidak akan kepanasan. Sementara itu, software dapat menyelesaikan pekerjaan lebih cepat.
Arrandale
Nama apa lagi ini? Nama ini kami angkat untuk membedakan Core i7 QM dengan Core i7 M, Core i5 M dan Core i3 M. Saat ini, Core i7 QM masih menggunakan teknologi Nehalem 45 nm. Meski bertenaga besar sekali, teknologi 45 nm pada Core i7 membuatnya bekerja sedikit lebih panas. Selain itu, Core i7 QM juga tidak memiliki VGA di dalam prosesor berinti  4-nya (Quad core).
Arrandale adalah kode untuk prosesor berbasis Nehalem untuk notebook yang menggunakan teknologi 32 nm dan memiliki VGA terintegrasi di dalam prosesor. Saat ini, Arrandale hanya memiliki jumlah inti prosesor maksimum 2 (dual core). Akan tetapi, performanya tetap tinggi dan suhu kerjanya cenderung lebih dingin dibandingkan Core i7.
Pilih yang Mana?
Sekilas, teknologi Nehalem yang dimiliki oleh Core i7, Corei5, dan Core i3, sudah dipaparkan. Nah, sekarang, Anda akan memilih yang mana?

Core i7 QM
Prosesor notebook Core i7 QM memiliki kemampuan tertinggi. Tidak ada VGA di dalam prosesor ini, tapi 4 inti prosesor (quad core), kecepatan tinggi, dan Turbo boost adalah andalan utamanya. Prosesor dengan 4 core dan hyper-threading ini akan dideteksi Windows seakan memiliki 8 inti prosesor! Jika Anda membutuhkan performa notebook tertinggi yang bahkan mampu bersaing dengan desktop, ini adalah pilihannya. Umumnya, notebook dengan Core i7 akan memiliki VGA khusus. Jadi, gamer, pengguna aplikasi grafis (Adobe Photoshop, 3ds Max), dan pencinta performa tinggi akan menyukainya. Tentu saja, ada harga yang harus dibayar untuk performa yang tinggi ini.
Core i7 M
Prosesor ini adalah Arrandale (2 inti prosesor) dengan performa terbaik. Teknologi 32 nm membuatnya bekerja dengan suhu relative rendah. Kecepatan tinggi, Hyper-threading, dan Turbo boost membuatnya memiliki performa tinggi. Apabila dipadu dengan VGA tambahan, notebook berbasis Core i7 M akan menjadi pilihan yang sangat baik bagi pencinta performa tinggi. Kemampuannya bahkan dapat bersaing dengan Core i7 QM. Tentu saja, dengan harga yang relatif lebih terjangkau.
Core i5 M
Notebook dengan prosesor ini memang memiliki 2 inti prosesor (dual core). Akan tetapi, tersedianya Hyper-threading membuatnya tampil seakan memiliki 4 inti prosesor. Turbo boost menjadi andalannya dalam hal performa. Sementara itu, VGA terintegrasinya sudah mencukupi untuk pemutaran film HD 1080p, bahkan film Blu-Ray. Jika perlu, beberapa game 3D ringan pun bisa dimainkannya. Jika Anda menginginkan performa tinggi dengan mobilitas baik, Core i5 adalah pilihan yang baik. Harganya pun tidak mencekik.
Core i3 M
Meski tidak dilengkapi Turbo boost, performa Core i3 tetap memikat. Hyper-threading membuat kemampuannya dapat dipakai secara maksimal. VGA-nya pun sudah lebih dapat diandalkan dibandingkan VGA onboard terdahulu. Jika dana Anda terbatas namun menginginkan performa dari arsitektur terbaik Intel, Core i3 adalah pilihan yang jauh lebih unggul dibandingkan Core2 Duo.
Pengujian Singkat
Berikut adalah hasil perbandingan antara Core2 Duo T6600 dengan Core i3-330 dan Core i5-430

Software yang merupakan simulasi penggunaan berbagai aplikasi (MS Office, Adobe, 3ds Max, MS Outlook, dsb) ini menunjukkan bahwa bahkan Core i3 330 dengan mudah mengalahkan Core2 Duo T6600.

Software yang serupa dengan SYSmark ini lebih menitikberatkan pada aplikasi sederhana yang umum digunakan notebook. Hasil ujinya tidak jauh berbeda dengan yang sebelumnya.

3DMark 2006 adalah software uji kemampuan grafis. Dari pengujian ini tampak bahwa Core i3 330M saja sudah unggul lebih dari 50% dibandingkan VGA onboard yang dipasangkan pada Core2 Duo T6600 (Intel GMA 4500MHD).
Diunduh dari: blog resmi acer indonesia
Continue Reading... Label:


Bagaimana memotivasi dan menjaga agar guru tetap senang

0 komentar

oleh: Matt Angel

Guru merupakan salah satu pribadi paling berharga di dunia, tetapi apakah kita sudah menunjukkan penghargaannya? Tidak sama sekali. Karena beberapa alasan guru dipandang dengan sebelah mata bahkan kelompok yang selalu bisa dipersalahkan oleh kebanyakan orang yang tidak mengerti betapa beratnya kerja keras dan dedikasi yang dibutuhkan oleh seorang guru. Guru bekerja lebih dan digaji rendah, jarang mendapatkan penghargaan dan terimakasih, dituntut lebih oleh Dinas Pendidikan dan pengawas, dan, sering dianggap menyengsarakan hidup muridnya dengan tugas yang diberikan .
Menjadi anak dari seorang guru. Saya menjumpai masalah ini setiap hari ketika pulang sekolah sewaktu saya masih anak anak. Karena beberapa alasan , banyak orang tua yang beranggapan bahwa anak mereka adalah hadiah Tuhan untuk dunia dan beranggapan bahwa mereka tidak mungkin salah. Jadi betapa terkejutnya orang tua ketika menerima rapor anak mereka yang penuh dengan nilai rendah. Ketika dijelaskan bahwa penyebabnya adalah malas, ketidakhadiran, dan tidak mau mengerjakan tugas yang diberikan maka biasanya para orang tua malah balik menyalahkan guru! Beban tugas yang berlebihan, harapan yang kurang realistis, perlakuan yang tidak adil,bias pribadi, dan segala macam alasan yang menggelikan yang melintas di kepala mereka. Para orang tua jelas tidak terima malaikat kecil mereka dipersalahkan. Luar biasa bukan!
Tampaknya salah satu masalah utama saat ini dalah bahwa kata kata seperti “kerja keras” dan “tanggung jawab pribadi” telah menjadi sesuatu yang asing. Banyak orang menjadi besar tanpa bakat yang jelas, jadi kami berpikir “Mengapa kami harus memeras pikiran dan perasaan di sekolah?” Sekali murid murid mengadposi tabiat ini, mereka mulai mengarahkan kegagalan mereka kepada target yang ada: guru. Orang tua berlaku tidak seperti orang tua yang seharusnya menjaga kelakuan dan moral anak mereka. Mereka tidak mau menghadapi kenyataan bahwa mereka telah gagal melaksanakan tugas mereka sebagai orang tua.
Jelas bahwa guru di semua tempat akan sangat diuntungkan bila ada sedikit tanggung jawab pribadi orang tua yang menyadari betul hakikatnya sebagai orang tua. Bukan tugas sekolah untuk mengajar anak integritas, ini tugas orang tua. Bukan tugas sekolah untuk menanamkan etos kerja keras dan rasa akuntabel kepada anak, ini tugas orang tua. Untuk semua orang tua yang membaca tulisan ini, tanyalah pada diri sendiri ingin seperti apa anak anda kelak. Menjadikan mereka seperti yang anda inginkan tidak dimulai dari si anak, dimulai dari anda sendiri. Ketika guru diberikan kesempatan mengajar dan bukan jadi sekedar babysitter, percayalah mereka akan mulai menghargai anda yang telah bersedia mengorbankan waktu dan guru akan mengorbankan semua kemampuan yang dipunyai untuk membuat anak anda menjadi seorang murid yang layak dipuji. Guru bekerja karena satu alasan: mereka sangat bersemangat mengalihkan pengetahuan kepada generasi berikutnya. Biarkan mereka melakukan tugasnya dengan caranya sendiri.

Diinterpretasi oleh: Made Tatar
Continue Reading... Label:


Perbandingan penghasilan guru di seluruh dunia

0 komentar

Berikut tabel penghasilan guru dari negara negara lain, mungkin dengan melihat ini kita bisa mengukur apakah penghasilan guru di indonesia sudah layak atau belum

  
Negara                        Penghasilan bersih per bulan
Amerika Serikat Rp36.495.000
Inggris Rp32.112.000
Norwegia Rp31.950.000
Jerman Rp29.781.000
Jepang Rp26.649.000
Australia Rp24.678.000
Finlandia Rp20.799.000
Kanada Rp20.124.000
Korea Selatan Rp18.864.000
Perancis Rp17.550.000
Italia Rp13.995.000
Kuwait Rp13.554.000
Portugal Rp12.969.000
Austria Rp11.079.000
Cheko Rp6.129.000
Meksiko Rp5.859.000
Hungaria Rp5.247.000
Polandia Rp4.887.000
Peru Rp4.266.000
Thailand Rp3.492.000
Slowakia Rp3.267.000
Latvia Rp3.213.000
Rumania Rp2.718.000
Lituania Rp2.700.000
Brasil Rp2.691.000
Filipina Rp2.133.000

Sumber: http://www.worldsalaries.org
Continue Reading... Label:


Puisi untuk guru

0 komentar

Menyambut hari Guru berikut kami petikkan beberapa puisi dalam Bahasa Inggris, bagi yang tidak mengerti artinya terjemahkan saja memakai Google Translate, semoga dapat memberikan warna lain dalam memperingati hari Guru tahun ini.


Gratitude to Old Teachers

When we stride or stroll across the frozen lake,
We place our feet where they have never been.
We walk upon the unwalked. But we are uneasy.
Who is down there but our old teachers?
Water that once could take no human weight-
We were students then- holds up our feet,
And goes on ahead of us for a mile.
Beneath us the teachers, and around us the stillness

By Robert Bly (from "Eating The Honey of Words") 


My Teachers

God the Teacher tells me: "Be unconditional!"
I tell God: "I am trying." 

Man the teacher tells me: "Be impartial!" 
I tell man: "I already am." 

Dream the teacher tells me: "Be jovial!" 
I tell Dream: "I am practising."

Reality the teacher tells me: "Be practical!" 
I tell Reality: "Alas, will I, Can I ever be practical?"


By Sri Chinmoy (from "The Wings of Light")





Your Teachers

Let the sky 
Become 
Your teacher. 
You will learn 
How to serve. 

Let the moon 
Become 
Your teacher. 
You will learn
How to love.

Let the sun 
Become 
Your teacher.
You will learn 
How to become.

by Sri Chinmoy




My Five Teachers

My poetry teacher taught me 
How to cry.
My philosophy teacher taught me 
How to dream. 
My religion teacher taught me 
How to bind life. 
My yoga teacher taught me 
How to find Love.
My liberation teacher taught me 
How to create Peace.

By Sri Chinmoy




What Teachers Make

The dinner guests were sitting around the table
discussing life. One man, a CEO, decided to explain
the problem with education. He argued:
"What's a kid going to learn from someone who decided
his best option in life was to become a teacher?"

He reminded the other dinner guests that it's true
what they say about teachers: "Those who can...do. 
Those who can't ... teach."

To corroborate, he said to another guest: "You're a
teacher, Susan," he said. "Be honest. What do you
make?"

Susan, who had a reputation of honesty and frankness,
replied, "You want to know what I make?"

I make kids work harder than they ever thought they
could. I can make a C+ feel like a Congressional Medal
of Honor and an A- feel like a slap in the face if the
student did not do his or her very best." 

"I can make kids sit through 40 minutes of study hall
in absolute silence."

"I can make parents tremble in fear when I call home"

"You want to know what I make?"

"I make kids wonder."

"I make them question."

"I make them criticize."

"I make them apologize and mean it."

"I make them write."

"I make them read, read, read."

"I make them spell definitely beautiful, definitely
beautiful, and definitely beautiful over and over and
over again, until they will never misspell either one
of those words again."

"I make them show all their work in math and hide it
all on their final drafts in English."

"I make them understand that if you have the brains,
then follow your heart...and if someone ever tries to
judge you by what you make, you pay them no
attention!"

"You want to know what I make?"

"I make a difference."

"And you? What do you make?"


By Taylor Mali
Continue Reading... Label:


Sertifikasi Guru

0 komentar




Sertifikasi guru seharusnya diletakkan dalam bingkai pengembangan profesionalitas pendidik dan bukan sekadar alat pemenuhan tuntutan yuridis formal yang penuh aroma politik praktis.
Oleh Waras Kamdi
Fenomena kecurangan dalam pelaksanaan Sertifikasi Guru Dalam-Jabatan lewat portofolio kian menguak apa yang sesungguhnya telah jadi rahasia umum. Terungkapnya kasus plagiasi 1.700 guru di Riau menunjukkan sebagian kecil dari kecurangan dalam memenuhi portofolio sertifikasi guru.
Banyak masyarakat yang merisaukan aneka pelanggaran itu, tetapi program sertifikasi terus saja melaju atas nama pemenuhan amanat peraturan perundang-undangan. Kerisauan juga berkembang di kalangan pimpinan lembaga pendidikan tenaga kependidikan (LPTK), terutama yang diserahi tugas melaksanakan sertifikasi tersebut.
Dalam lima tahun terakhir (2006-2009), lebih dari 500.000 guru telah diberi sertifikat oleh LPTK yang ditunjuk pemerintah (Kompas, 1/11/2010). Namun, hingga detik ini belum ada kabar menggembirakan adanya peningkatan kinerja guru bersertifikat pendidik itu.
Malahan, sertifikasi telah sempurna menyemaikan dan menyuburkan budaya jalan pintas yang amat mencederai sosok profesional guru itu sendiri. Publik hanya tahu guru-guru bersertifikat itu buah karya LPTK. Ketika mereka gagal mewujudkan impian publik akan peningkatan mutu pendidikan di Tanah Air, LPTK-lah yang pertama akan ditagih akuntabilitasnya.
Ini sungguh tagihan yang amat berat bagi LPTK yang terlibat dalam prosesi sertifikasi guru meskipun sesungguhnya sejak awal sejumlah pimpinan LPTK skeptis mengenai sertifikasi massal itu akan membuahkan hasil seperti diidealkan, yakni peningkatan mutu pendidikan.
Alih-alih menuai kemaslahatan, kita lebih banyak menuai kemudaratan. Angka 
Rp 60 triliun bukan angka kecil untuk peningkatan guru (Kompas, 1/11/2010).
Potensi ”GiGo”
Jauh lebih penting daripada soal pelanggaran adalah menyempurnakan perangkat dan sistem sertifikasi sungguh perlu dilakukan. Prosesi uji kompetensi yang dilakukan empat tahun terakhir banyak mengandung kelemahan, terutama instrumen dan teknik pengumpulan data. Instrumen penilaian yang menggunakan ukuran persepsional sangat berpotensi menghasilkan data dan informasi yang keliru.
Demikian pula teknik penilaian yang asal menelurkan angka juga berpotensi menghasilkan data penilaian yang keliru. Instrumen penilaian yang mengandalkan persepsi penilai, seperti pada penilaian kompetensi sosial, kompetensi kepribadian, dan kompetensi profesional yang dipercayakan kepada kepala sekolah dan (pengawas), sangat sulit dipercaya dapat menghasilkan data valid.
Data penilaian terhadap variabel ini menunjukkan nyaris semua kandidat mendapatkan skor sempurna karena kepala sekolah dan pemda juga merupakan pihak yang berkepentingan. Demikian juga instrumen penilaian kompetensi profesional dan kompetensi pedagogis yang mengandalkan penilaian persepsional terhadap RPP dan sertifikat tanda mengikuti diklat dan aneka macam kegiatan lain juga tak cukup menggambarkan pengembangan profesional.
Skor pengukuran dengan instrumen serba persepsional itu sesungguhnya tak mampu membedakan antara guru kompeten dan tidak kompeten. Artinya, kesimpulan atas kelulusan guru juga berpotensi mengandung kesalahan. Kekeliruan semacam ini dikenal dengan istilah GiGo (garbage in garbage out), masuk sampah, keluar juga sampah. Apalagi pola penilaian kompetensi dengan menggunakan portofolio yang menyerupai borang ini telah dinodai aneka kecurangan.
Portofolio berbasis kelas
Sesungguhnya, menggunakan portofolio untuk uji kinerja guru dalam rangka sertifikasi adalah hal biasa. Bahkan, portofolio diyakini banyak ahli merupakan cara paling andal untuk mengukur kinerja.
Ada dua hal inti yang dilupakan yang membuat portofolio dimaksud jadi sosok lain yang mencederai portofolio itu sendiri. Pertama, diabaikannya unsur analisis dan refleksi kinerja yang mestinya ditampilkan penyusun. Kedua, tak mengukur kinerja, tetapi hal-hal yang bersifat instrumental-input yang masih diduga memengaruhi kinerja.
Sertifikasi guru seharusnya diletakkan dalam bingkai pengembangan profesionalitas pendidik dan bukan sekadar alat pemenuhan tuntutan yuridis formal yang penuh aroma politik praktis. Proses sertifikasi tak boleh terjebak pada justifikasi lulus-tidak lulus saja, tetapi harus menjadi sebuah prosesi yang fungsional-akademis yang memberikan pengalaman belajar bermakna bagi guru di dalam meningkatkan mutu pembelajaran.
Proses sertifikasi guru yang demikian ini menempatkan penilaian sebagai bagian terintegrasi dalam proses pengembangan profesi. Portofolio itu merupakan analisis reflektif tentang praktik pembelajaran yang dilakukan guru dan dampaknya pada belajar siswa.
Jadi, karakteristik khas portofolio berbasis kelas adalah analitik-reflektif. Portofolio berupa laporan analisis (semacam evaluasi sumatif) terhadap kerja profesional guru mengenai segala keputusan tindakan pembelajaran yang telah dilakukan selama rentang waktu tertentu dalam menjalankan tugas sebagai pendidik.
Penilaian portofolio dapat menggunakan instrumen berupa rubrik, dengan skala pemeringkatan tertentu. Semangat yang dibawa adalah pemberdayaan guru. Dengan mekanisme penilaian portofolio ini, guru akan mengelola pembelajarannya dengan kerangka pikir pengembangan, dan dengan demikian berdampak pada proses pertumbuhan profesi secara berkelanjutan karena siklus kinerja yang analitik-reflektif akan menjamin pertumbuhan profesional.
Portofolio berbasis kelas juga tak bias kota, yang konon banyak menyediakan fasilitas seminar dan pelatihan. Untuk menyusun portofolio yang baik, guru cukup berkutat dengan urusan pemantapan pembelajaran. Dengan format portofolio berbasis kelas, di pelosok mana pun guru menjalankan tugas, mereka bisa membuat portofolio terbaik dan ”mengujikan” kompetensi dirinya untuk mendapatkan sertifikat pendidik.
Kompetensi pendidik merupakan bangun utuh antara domain proses berpikir dan domain tindak pembelajaran. Artinya, perangkat uji kompetensi juga satu kesatuan bangun utuh yang mampu mengukur domain berpikir dan domain tindakan guru. Portofolio harus mampu menjadi media pengukuhan profesi guru secara konsisten (berkelanjutan).
Sebagai perangkat penilaian kinerja, portofolio harus mampu mengungkap pengetahuan teoretik dan konsepsi (keyakinan) guru, pikiran, dan keputusan guru yang menggambarkan bangun (domain) proses berpikir guru, serta perwujudannya dalam bentuk tindak pembelajaran.
Bangun proses berpikir guru ini sesungguhnya menunjukkan epistemologi dan paradigma belajar dan pembelajaran yang dibangun guru lewat proses resiprokal antara pengalaman berpikir dan bertindak di sepanjang perjalanan karier sebagai agen pembelajaran.
Penulis adalah Ketua LP3 Universitas Negeri Malang; Pegiat Kelompok Peduli Pendidikan Guru
Kompas Cetak
Sumber :

Continue Reading... Label:


 

Kompas

Return to top of page Copyright © 2010 | Flash News Converted into Blogger Template by HackTutors